Banyak yang berpendapat bahwa ISL hanyalah proyek titipan sebuah perusahaan besar yang selama ini menaungi timnas Indonesia dan klub-klub tertentu. Indikasi ini bisa dilihat dari sponsor klub peserta ISL musim 2011/2012.
Meskipun PT Liga Indonesia sebagai pengelola liga menjamin bahwa sudah bukan eranya klub menyusu pada APBD, banyak yang menganggap sumber dana hanya beralih.
Kalau musim-musim sebelumnya klub sepakbola ibarat menghisap dana pemerintah daerah, sekarang mereka menyedot dana anak-anak perusahaan besar yang disebut di muka. Sponsor mungkin tetap bebas. Namun, sponsor yang “bebas” itu diklaim sudah diatur sedemikian rupa.
Belum juga masalah ini reda, ada isu lain yang menerpa. Konon, PT Liga Indonesia mengiming-imingi klub-klub yang sebelumnya dekat ke Indonesian Premier League, untuk pindah haluan. Rayuan itu begitu mantap karena setara dengan 3 miliar.
Meskipun pembuktiannya tidak mungkin terjadi, banyak yang menghubungkan isu suap ini sikap “labil” klub-klub peserta ISL. Misalnya, Persipura, Persib, dan Mitra Kukar.
Ketiga klub ini, hingga 2 minggu menjelang IPL bergulir, masih adem ayem saja untuk “setia” dengan PSSI. Namun, di detik-detik terakhir, Persipura, Mitra Kukar, dan Persib “membelot” ke PT LI.
Dituduh sedemikian rupa, Djoko Driyono, CEO PT Liga Indonesia, membantah keras. Menurutnya, klub-klub bermain di ISL karena faktor hubungan yang sudah sangat harmonis dengan PT LI.
Maklum, PT LI adalah penyelenggara kompetisi ISL bertahun-tahun. Sementara, PT LPIS yang dibentuk PSSI, baru sekali ini menangani kompetisi sebesar Indonesian Premier League.
Penyataan Djoko Driyono bahwa klub-klub memiliki hubungan mesra dengan PT LI sendiri cukup mengejutkan jika kita menengok sejarah persepakbolaan Indonesia. PT LI dikenal sebagai badan yang tidak rapi dalam membuat laporan keuangan, tertutup, dan sangat dicurigai cukup korup.
PT LI juga pernah meneken kontrak siaran langsung dengan ANTV berupa Rp 100 miliar selama 10 tahun. Agak aneh memang, karena tiba-tiba saja, begitu IPL dimulai, kontrak ISL bisa melesat 1300% menjadi 130 miliar.
Isu penyuapan ini tampaknya mesti ditepis PT LI dengan bukti-bukti yang lebih konkret. Kalaupun tidak demikian, setidaknya mereka harus menyelenggarakan LSI yang benar-benar bersih.
Musim-musim sebelumnya, di bawah PSSI era Nurdin Halid, LSI atau ISL penuh dengan coretan merah. Mulai dari isu pengaturan skor hingga pembelaan sebuah klub yang dinaungi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.
Link
0 komentar:
Posting Komentar